Hai
Gw tau kalo blog ini mungkin sudah ga ada lagi yang membaca
selain diri gw sendiri ataupun salah satu kepala bagian marketing dan CEO suatu
perusahaan Marketing Agency yang dengan sukarela gw berikan link blog ini karena mereka dengan
ajaibnya minta dengan tujuan untuk referensi gw kalau bekerja di perusahaan
mereka
Sungguh kenyataannya adalah kesalahan besar untuk keduabelah
pihak
Oke, dan kabar baiknya adalah sekarang gw sudah bekerja di
perusahaan lain yakni di salah satu perusahaan penerbitan buku (yang
sepertinya) terbesar di Indonesia. Yadeh ga usah di sensor lah ya, gw sekarang
kerja di Agromedia Group. Secara garis besarnya ya gw ngurusin promosi Bukune,
Gagasmedia, Entermedia, dan beberapa lainnya. Nah tau kan ya kalo Bukune dan Gagasmedia
itu pernah nerbitin buku-bukunya the
life-changing person, Raditya Dika. Bukunya yang terbaru judulnya “Koala
Kumal”, guys! Jangan lupa dibeli ya!
Bodoamat promosi.
Oh iya dan barusan gw makan empek-empek.
Trus?
Salah gue?
SALAH TEMEN-TEMEN GUE?
CINTA SAYA AKAN KE JAKARTA SELAMA DUA HARI BESOK KETEMU YUK
CYIIN BARANG BISA PRE ORDER NO HIT AND RUN
Pas gw lagi makan empek-empek di gazebo kantor, kebetulan ada
temen gw ikutan nyamper makan nasi pake telor ceplok, ga lama kemudian tiba-tiba
ada yang nyamperin lagi seorang cewe dan dia diiringi oleh beberapa laki-laki. Cewe
itu pun berucap dengan nada suara terdengar seperti membaca nun mati ketemu
huruf idgham bigunnah, sengau dan berdengung
“aku berangkat sekarang ya”
Tiba-tiba temen gw yang lagi makan telor ceplok langsung
meluk kenceng cewe ini, trus ngomong apaaaan gitu ga jelas kedengaran karena
suaranya terdengar seperti anak ayam sedang menginjak masa pubertas dan mencari
jati diri...lalu dilanjutkan dengan menangis sesenggukan
Gw bengong sebentar
Saat itu juga ada yang dateng minta empek-empek gw dan
sumpah gw ga lihat arah kedatangan si peminta empek-empek ini tiba-tiba dia
udah ada di samping bangku gw. Kenapa dalam satu waktu ada kejadian absurd
berlangsung secara bersamaan pada diriku, Tuhan?!! Mana abis makan empek-empek
sesendok ni orang pergi gitu aja. Semoga gw ikhlas
By the way,
ternyata cewe yang sedang dipeluk ini adalah karyawan kantor yang mau pindah ke
Medan, oh ternyata pulang ke Medan deng. Dan dia sedang salam-salam perpisahan
sama (hampir) seluruh karyawan di kantor. Dan semua sedih
Ya kecuali gw ya karena gw aja kayaknya baru ngeliat wujud
orang ini sekali ini deh seumur hidup
Tiba-tiba gw inget kalau gw juga mengalami perpisahan
beberapa minggu yang lalu
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gw termasuk orang yang engga suka ngelanggar janji. Makanya
itu gw ga pernah bikin sembarang janji, apalagi ngomong asal-asalan. Misalkan
gw harus melanggar janjipun, gw akan dengan sangat menyesalinya mungkin bisa
sampe tahap gw ga bisa mentoleransi diri sendiri. Dan hal inilah yang gw
terapkan kepada favorite person of mine, gw manggil dia drugdealer. Engga kok, engga secara harfiah. Dia engga masok cimeng
ke pelosok gang sempit dengan gw terkapar di sebelahnya giting abis minum ciu
fanta.
Udah cukup lama gw kenal dengan dia, dan udah pernah juga gw menjalani waktu bersama dengannya hingga di suatu waktu kita
harus menjauh pada akhirnya.
Tapi di pertengahan tahun ini, gw kembali menaruh
kepercayaan. Perlahan
gw sekali lagi ingin melompat tembok tinggi yang dulu gw pikir terlalu mustahil
buat gw panjat, tapi sekarang dengan mantap gw robohkan. Disitulah kita bertemu
lagi.
Same people, different
time, maka semuanya pun terasa berbeda. Gw merasa ini adalah susunan lego
yang baru, walaupun gw gatau cara menyusun lego secara artistik tapi gw tau cara
menyusun lego yang kokoh. Gw merasakan bahwa inilah saatnya gw dan dia menyusun lego dan membentuk
suatu bangunan yang biarpun berbentuk Death
Star abis kena tsunami Aceh tapi tetap bisa menjaga Darth Vader dengan aman di dalamnya biarpun udah ratusan kali
diserang sama Rebellions.
Tapi rupanya pemikiran itu hanya bertahan beberapa hari aja
Di suatu malam, dia
ngasih tau tanggal keberangkatan dia ke suatu negeri di tanah Eropa. Negara
yang selama ini baru ia singgahi sekali seumur hidup setahun yang lalu,
ternyata juga negara yang ada di mimpi seumur hidupnya. Ya, gw memang udah tau
rencana dia untuk melanjutkan
pendidikannya disana, meniti karier dan membuktikan kalau mimpi seorang anak
laki-laki dari pelosok selatan pulau Sumatera bisa pergi ke tanah cantik di negeri
Eropa dan survive disana sanggup
terlaksana.
Yang gw engga tau adalah secepat ini mimpi dia akan terkabul.
It hits me, indeed. Gw
merasakan senang dan sedih secara sporadis saat itu
Gw seneng banget karena Tuhan udah nunjukin langsung ke muka
gw bahwa dreams do come true, orang yang
berada di depan muka gw sekarang ini akan berangkat mengejar mimpi terbesarnya.
Yang bikin gw sedih adalah saat itu juga semangat gw untuk mengokohkan lego death star bersama dia mulai mengendur.
If things go wrong, should we knock it down?
Satu-satunya pikiran cepat gw saat itu adalah melaksanakan
janji gw untuk terus mendukung dia
apapun itu yang bersifat positif. I
don’t wanna be the person who stands between him and his dreams. Mungkin gw sendiri yang harus memegang janji ini. Sendirian.
H-14
Semua
berjalan lancar; visa lancar, urusan yudisium dan wisuda kampus lancar (memang
persiapan drugdealer ke Eropa bersamaan
dengan urusan kelulusan di kampus), pokoknya hampir engga ada masalah besar
yang sampai memberhentikan rencananya
berangkat ke Eropa. Dengan menyesal gw harus mengakui bahwa gw berharap ada
satu-dua masalah yang bisa membatalkan jadwal keberangkatan dia. Mungkin tiba-tiba ada telur
Kaiju hasil cangkok antara ubi talas dan Thyranosaurus
menetas di Eropa sehingga seluruh daratannya harus diisolasi, atau tiba-tiba
negara api menyerang. Tapi kenyataannya semua berjalan dengan normal.
H-7
Sangat ga kerasa akhirnya seminggu lagi dia resmi berangkat, gw memaksa kalau gw pengen anter ke bandara.
Walaupun awalnya dia menolak
dengan alasan takut sedih dan berat ninggalin, akhirnya dia bisa mempertimbangkan
kalo gw bisa ikut nganter. Sementara gw terus berusaha menikmati sisa-sisa
keberadaan dia di kota Jakarta,
toh gw tidak menuntut kita harus 24
jam bersama tiap hari. It’s the quality,
not quantity.
H-1
Ini sudah kali ke 11 gw hanya mendengar suara “tuuuttt..” panjang di telepon yang
semakin hambar setiap kali gw men-dial nomor
drugdealer. Dan sudah hampir tengah
malam. Kelopak dan kantung mata gw sudah mulai sembab.
Seorang teman menyarankan untuk mengompres mata gw dengan es batu agar besok
pagi tidak meradang sakit, dan teman lainnya menemani gw malam itu lalu kami
bicara banyak hal sampai akhirnya beban berat di kepala mulai menguap.
H keberangkatan
Drugdealer akhirnya
memberi kabar meskipun tanpa suara. Dari situlah gw tau kalau dia menganjurkan
gw untuk tidak perlu menepati janji. Saat itu janji hanyalah pengumbar ekspektasi.
Gw hanya mengecewakan satu hal yakni kesempatan yang tidak gw dapatkan untuk kontak langsung di hari kepindahannya. Engga
ada suara sengau yang terdengar, egga ada janji yang harus ditepati.
Hal inilah yang gw
sadari bahwa selama ini gw belum pernah merasa sangat tenang dalam melanggar
janji gw sendiri.
Jika nanti kita diberikan kesempatan lagi dan lebih, mungkin
kita akan susun ulang semuanya. Dan tidak harus lego.
Kini kita harus belajar menyembuhkan diri sendiri, karena
terkadang waktu tak mau tau.
Now Playing: Coldplay
- O
No comments:
Post a Comment