Sunday, November 16, 2014

O

Hai

Gw tau kalo blog ini mungkin sudah ga ada lagi yang membaca selain diri gw sendiri ataupun salah satu kepala bagian marketing dan CEO suatu perusahaan Marketing Agency yang dengan sukarela gw berikan link blog ini karena mereka dengan ajaibnya minta dengan tujuan untuk referensi gw kalau bekerja di perusahaan mereka

Sungguh kenyataannya adalah kesalahan besar untuk keduabelah pihak

Oke, dan kabar baiknya adalah sekarang gw sudah bekerja di perusahaan lain yakni di salah satu perusahaan penerbitan buku (yang sepertinya) terbesar di Indonesia. Yadeh ga usah di sensor lah ya, gw sekarang kerja di Agromedia Group. Secara garis besarnya ya gw ngurusin promosi Bukune, Gagasmedia, Entermedia, dan beberapa lainnya. Nah tau kan ya kalo Bukune dan Gagasmedia itu pernah nerbitin buku-bukunya the life-changing person, Raditya Dika. Bukunya yang terbaru judulnya “Koala Kumal”, guys! Jangan lupa dibeli ya! Bodoamat promosi.

Oh iya dan barusan gw makan empek-empek.

Trus?
Salah gue?
SALAH TEMEN-TEMEN GUE?

CINTA SAYA AKAN KE JAKARTA SELAMA DUA HARI BESOK KETEMU YUK CYIIN BARANG BISA PRE ORDER NO HIT AND RUN

Pas gw lagi makan empek-empek di gazebo kantor, kebetulan ada temen gw ikutan nyamper makan nasi pake telor ceplok, ga lama kemudian tiba-tiba ada yang nyamperin lagi seorang cewe dan dia diiringi oleh beberapa laki-laki. Cewe itu pun berucap dengan nada suara terdengar seperti membaca nun mati ketemu huruf idgham bigunnah, sengau dan berdengung

aku berangkat sekarang ya

Tiba-tiba temen gw yang lagi makan telor ceplok langsung meluk kenceng cewe ini, trus ngomong apaaaan gitu ga jelas kedengaran karena suaranya terdengar seperti anak ayam sedang menginjak masa pubertas dan mencari jati diri...lalu dilanjutkan dengan menangis sesenggukan

Gw bengong sebentar

Saat itu juga ada yang dateng minta empek-empek gw dan sumpah gw ga lihat arah kedatangan si peminta empek-empek ini tiba-tiba dia udah ada di samping bangku gw. Kenapa dalam satu waktu ada kejadian absurd berlangsung secara bersamaan pada diriku, Tuhan?!! Mana abis makan empek-empek sesendok ni orang pergi gitu aja. Semoga gw ikhlas

By the way, ternyata cewe yang sedang dipeluk ini adalah karyawan kantor yang mau pindah ke Medan, oh ternyata pulang ke Medan deng. Dan dia sedang salam-salam perpisahan sama (hampir) seluruh karyawan di kantor. Dan semua sedih

Ya kecuali gw ya karena gw aja kayaknya baru ngeliat wujud orang ini sekali ini deh seumur hidup

Tiba-tiba gw inget kalau gw juga mengalami perpisahan beberapa minggu yang lalu

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gw termasuk orang yang engga suka ngelanggar janji. Makanya itu gw ga pernah bikin sembarang janji, apalagi ngomong asal-asalan. Misalkan gw harus melanggar janjipun, gw akan dengan sangat menyesalinya mungkin bisa sampe tahap gw ga bisa mentoleransi diri sendiri. Dan hal inilah yang gw terapkan kepada favorite person of mine, gw manggil dia drugdealer. Engga kok, engga secara harfiah. Dia engga masok cimeng ke pelosok gang sempit dengan gw terkapar di sebelahnya giting abis minum ciu fanta.

Udah cukup lama gw kenal dengan dia, dan udah pernah juga gw menjalani waktu bersama dengannya hingga di suatu waktu kita harus menjauh pada akhirnya.
Tapi di pertengahan tahun ini, gw kembali menaruh kepercayaan. Perlahan gw sekali lagi ingin melompat tembok tinggi yang dulu gw pikir terlalu mustahil buat gw panjat, tapi sekarang dengan mantap gw robohkan. Disitulah kita bertemu lagi.

Same people, different time, maka semuanya pun terasa berbeda. Gw merasa ini adalah susunan lego yang baru, walaupun gw gatau cara menyusun lego secara artistik tapi gw tau cara menyusun lego yang kokoh. Gw merasakan bahwa inilah saatnya gw dan dia menyusun lego dan membentuk suatu bangunan yang biarpun berbentuk Death Star abis kena tsunami Aceh tapi tetap bisa menjaga Darth Vader dengan aman di dalamnya biarpun udah ratusan kali diserang sama Rebellions.

Tapi rupanya pemikiran itu hanya bertahan beberapa hari aja
Di suatu malam, dia ngasih tau tanggal keberangkatan dia ke suatu negeri di tanah Eropa. Negara yang selama ini baru ia singgahi sekali seumur hidup setahun yang lalu, ternyata juga negara yang ada di mimpi seumur hidupnya. Ya, gw memang udah tau rencana dia untuk melanjutkan pendidikannya disana, meniti karier dan membuktikan kalau mimpi seorang anak laki-laki dari pelosok selatan pulau Sumatera bisa pergi ke tanah cantik di negeri Eropa dan survive disana sanggup terlaksana.

Yang gw engga tau adalah secepat ini mimpi dia akan terkabul.

It hits me, indeed. Gw merasakan senang dan sedih secara sporadis saat itu

Gw seneng banget karena Tuhan udah nunjukin langsung ke muka gw bahwa dreams do come true, orang yang berada di depan muka gw sekarang ini akan berangkat mengejar mimpi terbesarnya. Yang bikin gw sedih adalah saat itu juga semangat gw untuk mengokohkan lego death star bersama dia mulai mengendur.

If things go wrong, should we knock it down?

Satu-satunya pikiran cepat gw saat itu adalah melaksanakan janji gw untuk terus mendukung dia apapun itu yang bersifat positif. I don’t wanna be the person who stands between him and his dreams. Mungkin gw sendiri yang harus memegang janji ini. Sendirian.

H-14
Semua berjalan lancar; visa lancar, urusan yudisium dan wisuda kampus lancar (memang persiapan drugdealer ke Eropa bersamaan dengan urusan kelulusan di kampus), pokoknya hampir engga ada masalah besar yang sampai memberhentikan rencananya berangkat ke Eropa. Dengan menyesal gw harus mengakui bahwa gw berharap ada satu-dua masalah yang bisa membatalkan jadwal keberangkatan dia. Mungkin tiba-tiba ada telur Kaiju hasil cangkok antara ubi talas dan Thyranosaurus menetas di Eropa sehingga seluruh daratannya harus diisolasi, atau tiba-tiba negara api menyerang. Tapi kenyataannya semua berjalan dengan normal.

H-7
Sangat ga kerasa akhirnya seminggu lagi dia resmi berangkat, gw memaksa kalau gw pengen anter ke bandara. Walaupun awalnya dia menolak dengan alasan takut sedih dan berat ninggalin, akhirnya dia bisa mempertimbangkan kalo gw bisa ikut nganter. Sementara gw terus berusaha menikmati sisa-sisa keberadaan dia di kota Jakarta, toh gw tidak menuntut kita harus 24 jam bersama tiap hari. It’s the quality, not quantity.

H-1
Ini sudah kali ke 11 gw hanya mendengar suara “tuuuttt..” panjang di telepon yang semakin hambar setiap kali gw men-dial nomor drugdealer. Dan sudah hampir tengah malam. Kelopak dan kantung mata gw sudah mulai sembab. Seorang teman menyarankan untuk mengompres mata gw dengan es batu agar besok pagi tidak meradang sakit, dan teman lainnya menemani gw malam itu lalu kami bicara banyak hal sampai akhirnya beban berat di kepala mulai menguap.

H keberangkatan
Drugdealer akhirnya memberi kabar meskipun tanpa suara. Dari situlah gw tau kalau dia menganjurkan gw untuk tidak perlu menepati janji. Saat itu janji hanyalah pengumbar ekspektasi.

Gw hanya mengecewakan satu hal yakni kesempatan yang tidak gw dapatkan untuk kontak langsung di hari kepindahannya. Engga ada suara sengau yang terdengar, egga ada janji yang harus ditepati.   
Hal inilah yang gw sadari bahwa selama ini gw belum pernah merasa sangat tenang dalam melanggar janji gw sendiri.

Jika nanti kita diberikan kesempatan lagi dan lebih, mungkin kita akan susun ulang semuanya. Dan tidak harus lego.

Kini kita harus belajar menyembuhkan diri sendiri, karena terkadang waktu tak mau tau.  


Now Playing: Coldplay - O

No comments:

Post a Comment